Halaman

Kamis, 05 Maret 2020

Tidak Lagi Ramah



Lagi lagi semesta engga adil ya? 
Siapa yang benar benar berjuang, siapa juga yang pada akhirnya pulang. Padahal kita sama sama manusia ya? Sama sama memiliki perbedaan yang menjadi ciri khasnya. Namun, masih saja rasanya sulit memanusiakan sesama manusia. Kalau pun nanti lain waktu aku gagal, jangan banding bandingkan aku dengan yang lain.

Dari segi pemikiran juga sudah beda. Untuk memikirkan hari esok saja sudah beda jalannya. Kalian tidak sepatutnya melihat dengan rata, bahwa orang yang menang adalah jawaban penantian dari suatu kisah akhir. Bukan itu. Kalian tidak bisa memukul harapan hanya karena diri ini kalah berjuang yang berujung pulang.

Sama perihalnya dengan hati. Apa yang kita rasakan itu berbeda. Terlalu memikirkan dunia yang seolah hanya fana. Bahkan mungkin, pernah merasakan hembusan napas ini terlalu dekat dengan pencipta semesta. Aku hanya takut pergi.

Mereka, kalian bisa berbicara ini itu karena pemikiran mereka hanya dunia dan harta. Hanya itu. Kenapa harus dengan uang agar diri kita bahagia? Atau jangan jangan dunia berevolusi bahwa kebahagiaan bisa dibeli dengan uang? Lalu apa gunakan kita punya hati? Bukankah kebahagiaan hanya berbicara tentang hari? 

Yah, manusia terkadang lemah. Padahal Sang Kuasa belum menyuruhmu untuk menyerah. Jarum jam selalu menunggu kamu untuk bangkit agar tidak menjadi manusia yang tidak tahu diri. Baru di beri kehidupan yang layak ini saja sudah lelah. 

Ini bukan keahlian saya, ini bukan jati diri saya sebenarnya.
Yah, kalimat kalimat itu. Untuk urusan buruk selalu saja dijadikan alasan utama. Begitu sederhana nya manusia menyembunyikan dusta dari kata.

Bisa jadi untuk 10 tahun kedepan, dunia tidak butuh kamu. Kamu terlalu berlebihan untuk memakan isi dunia. Untuk apa kamu disini? Bukanya sampah yang tidak berguna sepantasnya di buang saja?

Aku tegaskan lagi ya, kalau cape bilang. Ga semua harus digenggam sendiri. Ga semua kamu yang mingkul sendiri. Kadang kamu butuh mereka. Misalnya sahabat mungkin. Kamu butuh tangan orang lain walau hanya sekadar untuk mengusap bahu mu yang mulai terlihat kamu pada dunia. Atau yang terlalu ambisi pada dunia. 

Kita semua pernah merasakan dalam ketidakpastian. Kadang pasti diri ini bingung ya? Apalagi memikirkan orang tua yang semakin waktu semakin lemah. Padahal kita belum bisa berbuat apa-apa. Sanggup ga nerima keadaan kalau semuanya harus hilang perlahan? 
Dan bertambahnya waktu, kita malah tidak semakin berguna. Lalu? Lalu dimana sisi yang membuat mereka bisa sedikit saja bahagia? 
Memang. 
Memang mereka terlihat begitu kuat dan baik baik saja. Bisa tersenyum dikala hati dan pikiran yang begitu gaduh. Selalu ada saja yang dipikirkan. Baik itu tentang bagaimana dirimu, atau tentang langkahmu yang entah ingin kemana berlalu.

Tulisan ini juga tidak bisa membantumu apa apa. Tidak bisa juga menenangkan kamu. Apalagi mengusap air matamu.
Disini, aku hanya ilusi yang kau bangun. Untuk sekadar berbicara pada hati yang begitu tak beraturan. Jika pada akhirnya, air matamu, tangisamu adalah bukti menyerahmu. Setidaknya kamu tidak boleh menyerah untuk orang orang disampingmu. Mereka kenal dengan dirimu. Mereka hanya ingin kamu bisa bahagia.

Kamu tidak perlu memikirkan hari esok yang entah akan berhasil atau justru malah gagal. Tapi coba pikirkan baik baik, penyebab kamu tahu akan hal itu. 
Kamu tidak berhak untuk berhenti sampai disini.
Kaki mu belum terlihat lemah 
Buktinya ia masih menopang ragamu yang begitu sendu

Jangan panik, tidak semua harus dikejar sekarang. Satu satu dulu ya?
Ingat! Kalau perjuangin kalah, jangan sampai lemah. Itu hanya menang yang tertunda.
Nanti kalau hasilnya membuatmu terbang, jangan lupa juga lihat ke bawah. Ajak mereka juga ya?
Sosok yang menjadi satu satunya alasan kenapa kamu bisa sampai seperti ini.

Pulang ya?
Semesta saat ini benar benar lagi tidak ramah.
Rehat sebentar, sandarkan titik titik lelahmu.
Istirahat luka lukamu dulu, nanti kalau sudah reda
Kamu coba lagi. 
Untuk bangkit, 
Mengejar yang seharusnya menjadi milikmu. 

2 komentar: