Sabtu, 29 Februari 2020

Bercakap pada hati

Assalamu'alaikum 

Berbicara soal hati, hanya diri kita yang tahu.
Manusia itu selalu dikelilingi masalah masalah entah sampai kapan berakhirnya. Perdebatan perdebatan antara batin dan pikiran selalu mendominir.
Hati kita terkadang rapuh terhadap masalah 
Sehingga sulit melontarkan sepatah kata. Padahal beribu perasaan menggerogoti diri kita. Namun sulit menyusun kata kata yang ada dalam diri kita. 

Nah, Kitaa pasti pernah denger, hidup itu adalah pilihan.
Tapi kita hanya sekedar mendengar,atau mungkin tau maknanya tapi kurang mendalaminya

Hidup itu pilihan, kalo kamu tidak mau memberantas masalahmu ,kamu akan jatuh sejatuh jatuhnya karena bebanmu semakin memberat. 
Memberantas sebuah masalah pun, tidak hanya bersumber dari apa yang kita rasakan. Rangkaikan masalahmu sampai ke akar akar. Namun yang terpenting benahi hatimu, jiwamu, pikiranmu, dan imanmu. Memang jika saya berkata itu terlihat gampang. Tetapi jika kita selalu enjoy, dan ingin bertekad menyelesaikan. Insya Allah.

Jika kalian ingin benar benar menyelesaikan masalah. Gunakan cara yang baik atau gunakan cara kamu mengangani masalah. Namun jika kita tidak tahu cara diri sendiri, cobalah belajar merangkai. Tak masalah mau gagal atau tidak. Toh kita juga masih dalam fase mencoba. Tak ada yang larang. Yang penting kita ikhlas menyelesaikan. 

Tapi, kalo kita gamau menyelesaikan masalah. Jangan salahin siapa pun. Kamu yang memilih brarti kamu harus bertanggung jawab atas pilihanmu itu layaknya sebuah pernikahan. Dengan kita tidak mau berusaha. Itu membuat kamu malah mentoreh luka yang semakin dalam. Kaya baju, jahitannya aja belum selesai mau menambah robekan lagi.

Allah itu ada. Gausah ragu menyingkapi masalah.


Kita ke kata

Kita ke Kata

Kuperkenalkan kamu di larik halaman pertama.
Tak lupa terselip mimpi untuk cerita kita.
Detik berikutnya,
Ada selarik kata dari kamu untuk berjuang bersama
Binarnya menyihirku agar terperangkap bersamanya
Satu kata saat itu, bahagia.

Pada waktu yang sama,
Kamu pamit dengan janji seribu asa
Rinduku meronta ingin ada temu untuk kita
Telah berlalu lama,
Tak ada kabar yang menyapa

Di kala senja yang tengah merona
Kamu terduduk gembira di bangku tua
Rasaku sudah tak karuan untuk berucap nada
Sekarang aku sudah terganti oleh dia

Senja menjadi saksi bisu atas lara
Di Halaman terakhir cerita,
Kujabarkan tangis, rasa, lara dalam aksara
Terima kasih atas pertunjukan ceritanya

Purwokerto, 3 Agustus 2019
19.29




Siapa

Untuk seseorang di pengujung waktu
Tempat berlabuh segala penantianku
Temui aku,
Di sepertiga malam dalam setiap doamu
Jaga hati sampai datang waktu itu 
Biarkan-Nya yang mengatur untuk bertemu

Jangan jenuh untuk memperbaiki diri
Jangan lelah untuk terus menanti
Tugasku menjaga hati dalam mencari

Hingga nanti kamu menghampiri 
Untuk itu, aku menitipkan hati 
Pada Sang ilahi 
Agar tidak jatuh sebelum kamu hadir disini

Untuk itu,
Jikalau memang kamu pemikat hatiku
Temuilah pemilik sebenarnya hati ini 
Pintalah aku dalam gelap sayu
Sebab sebelum kuberi 
Aku sudah terlarut rasa pada-Nya 
Tanpa ragu, 
Atas kecewa 
Yang berakhir sendu

5 januari 20






Titik Lelah

TITIK LELAH



Seperti berada di gurun pasir, tanpa perbekalan. Mencoba berlari mencari keluar hanyalah sebuah fatamorgana.

Adakalanya kita sebagai manusia merasa bahwa dunia ini benar benar memuakkan. Untuk menerima kekurangan saja, tidak begitu sanggup. Apalagi mungkin ada yang teringin mengakhiri hidupmu. Orang satu dengan yang lain mungkin tidak tahu bagaimana rasanya berada di titik ini. Titik yang memang pada awalnya tercipta untuk proses menuju kedewasaan. Mungkin salah seorang dari kita paham, namun tak coba menggalinya lebih dalam.



Aku tahu mungkin kamu sedang berjuang. Namun makna sebenarnya bukan hanya bisa menyelesaikan suatu masalah yang menimpa, ataupun semua mimpi mimpi kita tercapai. Hidup hanya perlu kesederhanaan dan ketenangan. Sederhana dalam kebahagiaan dan tenang ketika terlilit masalah.



Lelah pasti ada. Kamu bukan satu satunya orang yang berada di posisi ini. Semua orang pernah. Mungkin ada yang memperlihatkan, ada yang memang dasarnya ia terbuka. Jadikan masalah sebagai teman, teman yang tak terpisahkan dalam perjalanan hidup.

Cobalah belajar bahwa sejatinya setiap kebahagiaan selalu bersanding dengan kesedihan. Nikmati secukupnya.



Tidak memang tidak ada teman untuk bersandar, masih ada lantai tempatmu untuk bersujud. Menangis sejadi jadinya.



Bisa jadi hari ini kebahagiaan berada di pangkuan mu. Mungkin nanti bisa jadi kesedihan menghampiri. Begitulah hakikat dunia.



Cobalah berteman dengan titik lelah, sampai kamu berada di titik bangkit.



Kamu pasti bisa, aku yakin.

Sabtu, 08 Februari 2020

Kita pantas

Assalamualaikum gais! Hai semua! Apa kabar ni? Semoga selalu dalam keadaan baik ya,

Oh iya, gimana ni hasil rapot semester 1 di suasana yang baru? Maap banget tanya nya telat ga ketulung.

Sebenere aku mikir-mikir buat update ini ga ya? Tapi rasanya aku harus update ini. Dan ini masih ada sangkut pautnya sama kehidupan nyataku. Simak baik baik ya!

Aku bukan orang hebat, bahwa mungkin hanya setitik nila yang masih berusaha mengapai mimpi. Aku anak sulung. Suatu tanggung jawab besar buat bisa banggain orang tua. Bisa mendidik adik-adiknya menjadi lebih baik dari diriku sendiri. Aku juga ilmunya belum setinggi orang luaran disana. Namun aku percaya, Allah sudah nyiapin sesuatu yang terbaik buat aku.

Di tahun ini aku belajar banyak dari orang orang. Tahu ga kenapa aku tanya rapot kalian? Intinya kalian ga usah khawatir tentang nilai. Menurutku yang paling penting disini adalah prosesnya, masalah besar kecilnya nilai itu udah ada yang ngatur. Semesta ga butuh rangkingmu, nilai matematikamu, atau bahkan angka 1-100 yang kamu dapat di kelas. Kamu hanya di suruh bermimpi gimana caranya jadi orang besok. Usaha saja, ikhtiar. Make it happend bikin temen-temen kalian bungkam.

Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang matematika
Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang bahasa
Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang fisika
Kamu juga mungkin bukan ahli dalam bidang kimia.
Semua itu wajar. Kamu punya keahlian sendiri di bidang yang kamu suka. Jangan pikiran orang lain mau ngomong apa. Toh yang ngejalanin kan kamu?

Kamu mungkin hanya pendengar
Kamu mungkin hanya orang biasa
Kamu mungkin hanya orang tidak bisa berbuat apa apa
Atau kamu mungkin... Tidak kenal dengan dirimu
Mungkin saja kan?

Untuk kamu yang merasa kecil
Kamu bukanlah apa-apa
Tapi kamu, adalah apa yang kamu pikirkan.

Buat dunia merasa lebih menyenangkan. Setiap orang pasti pernah ngerasain di bawah atau di atas. Kamu disini hanya cukup berusaha, berjuang dan bersabar. Adakalanya kita mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari ini.

Jangan beranggapan kamu itu orang paling bodoh di kelas yang hanya bisa menghayal dan rebahan setiap hari. Menurutku itu suatu bentuk kejenuhan kita terhadap apa yang kita lakukan sehari-hari.
Tapi harus yang wajar. Ga ada yang ngelarang kan buat kamu menghayal atau pun rebahan? Yang penting kamu tahu batasnya.

Kalau cuma rebahan terus kalian berharap banyak pada apa yang ada di dunia itu namanya sia sia. Impian itu bukan semata-mata hanya unsur apa tapi dilengkapi juga dengan mengapa.

Pelan-pelan kita coba berubah. Gausah besok berubah trus lusa kembali kaya dulu, ayolah dunia ga sebercanda itu kawan.

Pengin ga sih kalian beliin orang tua rumah, trus di mall bilang sama ibu "Ibu pilih sesukanya ya, nanti biar anakmu ini yang bayar,"

Kita emang gatau kedepan nya mau gimana. Bahkan setelah lulus dari sekolah mau lanjut mana atau mau kemana. Tapi kita bisa pelan pelan nyusun kerangkanya, buat persiapannya.

Bayangin aja kalo kita berjuang keras buat ini itu terus bisa menampilkan hasil yang memuaskan ? Senengnya ga ketulung pasti kan? Walaupun nanti di dunia real ga semudah apa yang aku tuangin disini, yang penting kalian ga patah semangat.

Yang lagi ngekos, yang lagi merantau dan lainnya. Kalian itu hebat! Ga harus pinter baru bisa di panggil hebat kan? Udah ngucapin hari ibu sama ibu kita masing masing itu juga udah hebat. Bahkan aku sendiri ga sanggup buat ngapain beberapa kata itu. Rasanya dosaku masih banyak sama ibu. Belum bisa banggain, masih minta ini itu. Baru sekata aja aku udah luruh.

Yang patah kembali tumbuh, yang hilang kembali ada.

Aku jamin kita semua bisa sukses. Asalkan ada niat dan usahanya. Kalo mau, kalian bisa coba hal-hal yang baru. Berteman dengan banyak orang.

Udah dulu apa ya ? Hehe
Pokoknya, suatu saat nanti ketika kita udah sukses, kita bisa bertemu dan bercerita banyak hal. Akan ada saatnya dan waktunya. Semua sudah tersusun, tinggal bagaimana kita bisa menggapai mimpi kita. Semangatt!!

Jumat, 07 Februari 2020

Kisah yang Patah

Untuk Kisah yang Patah.

Saat itu aku hanyalah seorang yang berjiwa kosong. Tak berniat untuk merubah ataupun pergi dari zona itu. Tak pernah terpikirkan, bahwasanya aku dulu pernah terjebak dalam lorong gelap. Hanya sendiri. Tak memiliki teman dan selalu diasingkan. Gambaran itu kembali terngiang saat jemari-jemariku menekan per huruf pada layar untuk membentuk suatu karya sederhana. 

Dulu, aku hanyalah seorang introvert. Menjadi korban bullying. Menjadi bahan tertawaan saat aku mencoba benar-benar mengubah segala hal pada diriku. Riuhku benar-benar pudar. Sekali waktu pernah terbesit, untuk apa aku hidup? Kehidupanku hanya dipenuhi abu-abu. Sulit rasanya berekspresi pada ribuan wajah yang menghampiri. 

Apa arti teman sebenarnya? 
Selalu saja setiap malam membayangkan bagaimana rasanya memiliki teman. Bagaimana rasanya berbagi rasa luka? Bagaimana ya? Selalu saja alurnya bertemu, berjanji, dan tak kembali. Puncaknya saat aku menginjak sekolah dasar. Menjadi orang yang tak berdaya saat dimanfaatkan. Setiap kali berada di ruangan itu, aku hanyalah orang baru yang apa-apa harus sendiri. 

Kala itu, waktu mengajarkanku bahwa tidak ada pertemanan yang benar benar murni. 

Hingga pada akhir tahun, semua tidak lagi sama. Semesta mengizinkanku untuk bertemu. dengan duniaku. Mencampurkan berbagai warna agar terlihat indah dan tak akan pudar. Menutup cerita yang dipenuhi berbagai sandiwara dan menggantikan dengan kisah kisah yang selalu bermakna. 

Aku tahu, hal ini pasti akan terjadi. Namun tak pernah terbayangkan bahwa aku akan secepat ini merasakannya.
Aku memang hanyalah manusia pendosa, namun bukankah semua bisa kembali merapikan segala hal agar lebih baik?

Kali ini, 
Aku pendosa, bukan siapa-siapa 
Tidak mengharap mereka yang ada
Cukup berjumpa kala pijak berbeda 

Untuk jiwa dalam ragaku,
Akan ada ego yang sulit dihindari
Amarah menyeruak setingkat lagi 
Dengarkan aku
Ringkaslah se-sederhana 
Diamkan seperlunya 
Bereskan sesingkatnya 

Sepotong puisi, untuk diriku yang saat ini.