Sabtu, 20 Juni 2020

Masih Resah?

Hai? Assalamualaikum semua 
Udah lama ya wkwk, engga buat konten beberapa bulan ini. Sebenarnya si emang udah ada, cuma gatau kenapa jari aku malah milih di hapus:( 

Gimana?
Gimana kabar rapotnya? 
Rasanya sesak? Resah? Atau tidak bisa dijabarkan lewat kata-kata?
Rasanya yang hadir, seperti ada yang tertahan tapi hilang seiringan. 
Mungkin, I know what you feel.

Dulu waktu sekolah, banding-bandingin nilai
Waktu kuliah, masih aja banding-banding IPK
Apa kesuksesan selalu saja tentang angka? Iya? 

Ada apa sih dengan manusia manusia sekarang?
Bukankah semua itu ada porsinya? Ada waktunya? 
I know, mungkin kalian udah sering banget denger 'semua ada indah pada waktunya' tapi sayangnya kalian kurang paham makna itu.

Coba deh sebelum itu, apa si makna hidup bagi kalian?
Bukankah apa yang dari diri kita akan kembali ke kita?

Semua anak mempunyai bidangnya masing masing. Ga melulu tentang angka dan angka. Memang untuk menerima semuanya kita butuh waktu. Disini kita hanya perlu bersyukur atas apa yang kita terima. Bukan malah menyalahkan orang lain.

Mungkin dengan nilai-nilai yang masih kurang, ada sesuatu yang keliru dalam prosesnya. Coba di tengok, ada apa sih sebenarnya?
Kalo udah tahu, marilah diperbaiki. Pelan pelan, semua ada prosesnya.

Dan satu. Kenali diri kamu, pahami diri kamu. Karena hanya kamulah yang paling kenal dirimu sendiri.  

Jumat, 27 Maret 2020

Merenung



Kali ini, dunia benar benar sedang tidak ramah. Sudah banyak kali kesempatan yang diberi, namun lagi-lagi kita mengacuhkannya. Mungkin ini adalah balasan untuk kita. Yang rakus dengan semesta. Banyak angan yang harusnya terbang, malah sekarang menjadi hembusan angin. Banyak perjuangan menghadapi hintangan, hingga akhirnya harus terhambat meraih harapan. Banyak juga luka yang menjadi air mata. Dan duka serta kepedihan lainnya.

Kita tidak pernah tahu kenapa ini terjadi. Layaknya isi rencana yang diberikan oleh Tuhan. Kita seperti berada di ruang labirin, tanpa tahu jalan yang pasti. Tanpa tahu bagaimana mengakhiri. Memang benar banyak jalan pintas, namun jalan mana yang menjadi akhir perjuangan kali ini?

Harus berapa banyak lagi mimpi yang pudar hari ini? Masih banyak jiwa yang teringin mencari tujuan hidupnya. Tolong beri kami ruang. Kami ingin bernapas seperti sediakala. Bukan malah merasa was-was akan sesuatu yang merugikan diri. 
Namun, bagaimana yang tengah berjuang? Rela mengabdikan diri demi negara, rela berkeringat penuh demi banyak raga. Mereka juga sama seperti kita. Ingin bernapas lega. Menjalankan hidup seperti hari-harinya. 
Berjuang bersama yuk? 
Dalam porsinya masing-masing. Tidak harus turun tangan. Biarkan semua berjalan semestinya. 

Dunia memang benar-benar ingin kita bisa merenung. Barang kali kita sudah melangkahkan kaki terlalu jauh dari rumah. Dengan tujuannya masing-masing. Mungkin hanya dengan ini, kita bisa kembali pulang. Istirahat dari perjalanan yang sudah jauh untuk berpetualang. Sadarkah kita? Banyak yang rindu dengan kepulangan kita saat ini. Bukannya kamu juga rindu?
Tuhan lagi-lagi memiliki kejutan yang indah. Ia ingin kita berbicara banyak hal dengan orang rumah. Merekatkan kembali yang sudah mulai renggang. 

Dan semoga ini tidak akan lama, kita bisa meneruskan perjalanan. 
Semoga bumi bisa tersenyum lagi, memaafkan lagi perlakuan kita yang salah.
Intinya lekas pulih ya bumi?
Masih banyak mimpi yang harus menjadi nyata.


Sabtu, 07 Maret 2020

Tentang Aku



Tuhan?
Terima kasih telah menitipkan hati ini pada orang yang salah. Karena itulah, aku banyak belajar betapa berharganya hidup untuk dinikmati. Di samping luka luka yang belum sempat pulih. Masih sedikit basah dengan segala kekecewaannya. Aku berharap, kelak ada seseorang yang mampu mengajariku untuk bisa melupakan sebuah luka sampai tidak lagi bisa berdarah. Jika perlu, aku bisa bermain dengan luka. Karena hanya dengan luka, aku sadar bahwa tidak perlu mengejar sesuatu yang membuat diri ini terlukai. 

Tuhan sengaja menaruh hati dengan seseorang yang salah. Tuhan hanya ini aku belajar, bagaimana menerima hati yang tepat untuk disinggahi. Bisa jadi, hati itu terlalu baik agar kita bisa menjadi baik lupa ataupun lebih baik. Selayaknya hati baik yang suatu saat kita temui. Aku tahu, aku masih terlalu dini untuk bermain main dengan rasa. Apalagi rasa itu selalu berdampingan dengan luka. Yang nantinya berujung duka yang tak reda reda. 

Kadang memang cerita Tuhan tidak pernah bisa tertebak bagaimana awal dan akhirnya kisah ini. Tapi kita bisa menentukan kepada siapa hati ini akan berlabuh. Beruntung apabila hati ini berlabuh kepada seseorang yang tepat. Yang akhirnya tidak perlu repot repot membenahi hati yang patah. Kalaupun nanti pilihan diri kita tidak sesuai dengan rencana Tuhan, mungkin itu rencana indah yang sudah diatur sedemikian rupa. Supaya tidak lebih bisa memilih mana yang benar benar terbaik untuk kita. 

Manusia sejatinya hanya bisa memilih, memilih yang terbaik untuk diri kita. Kan kalau kita ingin yang terbaik, kita harus baik juga kan? Toh juga nanti kita suatu saat di pertemukan. Namun yang terpenting. Bersikaplah baik walaupun untuk dirimu, diriku sendiri. Karena tak jarang, manusia berbuat baik hanya karena agar dilihat oleh manusia lain. Hidup ini seperti panggung sandiwara saja. Hanya semata mata bukan senyata nyata. 

Coba kita renungkan, kenapa si kita masih diberi napas sampai saat ini? Sampai kalian bisa membaca tulisan sederhana ini? Terkadang hidup seseorang hanya untuk bersenang senang. Atau bahkan meremehkan kehidupan sebenarnya di samping kehidupan kita saat ini. Berusaha mencari dalam sehari dan begitu cepat menghabiskan dalam semalam. Bisa jadi kita akan hancur jika tidak benar memaknai arti kehidupan ini. 

Sebenarnya untuk siapa dan kepada siapa hidup ini ?  Kenapa masih saja membebani diri dengan jiwa tak tidak tahu diri itu? Bukankah kamu sadar, mengejar tanpa bantuan Tuhan justru malah akan semakin menjauhkan? Lantas apakah kebahagiaan di dunia ini sepenuhnya pantas untuk kita ? Pantas? Seberapa pantas diri kita jika bersanding dengan jutaan manusia di muka bumi ini?

Sebuah jalan cerita memang selalu ada konflik. Sedikit ada tekanan dan ambisi. Namun sadarlah, hal ini agar hidup kita tidak selalu berjalan lurus. Kita perlu sedikit goncangan untuk memberi gerakan. Agar kita sedikit mengingat Tuhan, tempat berlabuh saat jiwa benar benar lelah berpetualang. Dan Tuhan selalu menanti itu. 

Dimana si kalian saat berbahagia? Ingatlah. Mendekatlah dengan pelukan yang erat. Dan mungkin sekarang aku sudah tegar dan paham bahwa hidup ini bukan berbicara tentang satu hati saja. Tetapi banyak jiwa yang harus dipertahankan senyumnya. 

Goncangannya sudah usai sekarang saat kita tengah berbahagia. Belajarlah dari sebuah pantai. Tanpa gelombang ombak yang bergejolak, pantai tidak akan indah seperti itu. 

Menarilah, kejarlah. 
Peluk mimpi mimpi yang masih patah dulu. 
Kamu berhak mendapatkannya. 

Kamis, 05 Maret 2020

Tidak Lagi Ramah



Lagi lagi semesta engga adil ya? 
Siapa yang benar benar berjuang, siapa juga yang pada akhirnya pulang. Padahal kita sama sama manusia ya? Sama sama memiliki perbedaan yang menjadi ciri khasnya. Namun, masih saja rasanya sulit memanusiakan sesama manusia. Kalau pun nanti lain waktu aku gagal, jangan banding bandingkan aku dengan yang lain.

Dari segi pemikiran juga sudah beda. Untuk memikirkan hari esok saja sudah beda jalannya. Kalian tidak sepatutnya melihat dengan rata, bahwa orang yang menang adalah jawaban penantian dari suatu kisah akhir. Bukan itu. Kalian tidak bisa memukul harapan hanya karena diri ini kalah berjuang yang berujung pulang.

Sama perihalnya dengan hati. Apa yang kita rasakan itu berbeda. Terlalu memikirkan dunia yang seolah hanya fana. Bahkan mungkin, pernah merasakan hembusan napas ini terlalu dekat dengan pencipta semesta. Aku hanya takut pergi.

Mereka, kalian bisa berbicara ini itu karena pemikiran mereka hanya dunia dan harta. Hanya itu. Kenapa harus dengan uang agar diri kita bahagia? Atau jangan jangan dunia berevolusi bahwa kebahagiaan bisa dibeli dengan uang? Lalu apa gunakan kita punya hati? Bukankah kebahagiaan hanya berbicara tentang hari? 

Yah, manusia terkadang lemah. Padahal Sang Kuasa belum menyuruhmu untuk menyerah. Jarum jam selalu menunggu kamu untuk bangkit agar tidak menjadi manusia yang tidak tahu diri. Baru di beri kehidupan yang layak ini saja sudah lelah. 

Ini bukan keahlian saya, ini bukan jati diri saya sebenarnya.
Yah, kalimat kalimat itu. Untuk urusan buruk selalu saja dijadikan alasan utama. Begitu sederhana nya manusia menyembunyikan dusta dari kata.

Bisa jadi untuk 10 tahun kedepan, dunia tidak butuh kamu. Kamu terlalu berlebihan untuk memakan isi dunia. Untuk apa kamu disini? Bukanya sampah yang tidak berguna sepantasnya di buang saja?

Aku tegaskan lagi ya, kalau cape bilang. Ga semua harus digenggam sendiri. Ga semua kamu yang mingkul sendiri. Kadang kamu butuh mereka. Misalnya sahabat mungkin. Kamu butuh tangan orang lain walau hanya sekadar untuk mengusap bahu mu yang mulai terlihat kamu pada dunia. Atau yang terlalu ambisi pada dunia. 

Kita semua pernah merasakan dalam ketidakpastian. Kadang pasti diri ini bingung ya? Apalagi memikirkan orang tua yang semakin waktu semakin lemah. Padahal kita belum bisa berbuat apa-apa. Sanggup ga nerima keadaan kalau semuanya harus hilang perlahan? 
Dan bertambahnya waktu, kita malah tidak semakin berguna. Lalu? Lalu dimana sisi yang membuat mereka bisa sedikit saja bahagia? 
Memang. 
Memang mereka terlihat begitu kuat dan baik baik saja. Bisa tersenyum dikala hati dan pikiran yang begitu gaduh. Selalu ada saja yang dipikirkan. Baik itu tentang bagaimana dirimu, atau tentang langkahmu yang entah ingin kemana berlalu.

Tulisan ini juga tidak bisa membantumu apa apa. Tidak bisa juga menenangkan kamu. Apalagi mengusap air matamu.
Disini, aku hanya ilusi yang kau bangun. Untuk sekadar berbicara pada hati yang begitu tak beraturan. Jika pada akhirnya, air matamu, tangisamu adalah bukti menyerahmu. Setidaknya kamu tidak boleh menyerah untuk orang orang disampingmu. Mereka kenal dengan dirimu. Mereka hanya ingin kamu bisa bahagia.

Kamu tidak perlu memikirkan hari esok yang entah akan berhasil atau justru malah gagal. Tapi coba pikirkan baik baik, penyebab kamu tahu akan hal itu. 
Kamu tidak berhak untuk berhenti sampai disini.
Kaki mu belum terlihat lemah 
Buktinya ia masih menopang ragamu yang begitu sendu

Jangan panik, tidak semua harus dikejar sekarang. Satu satu dulu ya?
Ingat! Kalau perjuangin kalah, jangan sampai lemah. Itu hanya menang yang tertunda.
Nanti kalau hasilnya membuatmu terbang, jangan lupa juga lihat ke bawah. Ajak mereka juga ya?
Sosok yang menjadi satu satunya alasan kenapa kamu bisa sampai seperti ini.

Pulang ya?
Semesta saat ini benar benar lagi tidak ramah.
Rehat sebentar, sandarkan titik titik lelahmu.
Istirahat luka lukamu dulu, nanti kalau sudah reda
Kamu coba lagi. 
Untuk bangkit, 
Mengejar yang seharusnya menjadi milikmu. 

Senin, 02 Maret 2020

Kalbu

Tidak lama ini aku pernah membaca, tentang wali tanpa gelar. Orang-orang tidak tahu siapa mereka itu. Namun jasanya tak terhingga. Satu per satu, kata dalam paragraf itu aku baca. Pelan pelan aku resapi setiap rasa yang tersampaikan itu. Lama lama aku paham dan secara tak sadar, aku tahu siapa wali itu. 

Sempat berpikir bahwa wali itu orang orang yang memang sudah terkenal. Tapi apa mungkin? Bukankah mereka semua selalu ada gelar.  Namun lagi lagi, alunan setiap kata itu menamparku pelan-pelan. 

Mereka adalah orang tua kita masing masing. Benar-benar tidak habis pikir dengan diriku sendiri. Bercerita tentang orang tua, tidak ada habisnya. Ya walaupun orang tuaku tidak sesempurna orang tua di kalangan yang lain. Namun tetap saja kan? Mereka yang menurut kita terbaik. 

Dari mereka aku belajar banyak hal, bukan hanya sekadar minta ini dan itu. Dan aku juga bukan kalangan orang yang apapun yang dimau harus terwujudkan. Oh iya, dan kebetulan, aku adalah anak sulung. Suatu gelar yang membuat aku untuk mundur secara langsung. Namun mungkin semesta menolaknya. 

Perlakuan antara anak sulung dan bungsu itu beda menurutku. Anak sulung banyak dituntut ini itu. Aku paham, bahkan memang anak sulung harus tangguh. Menikul adik adiknya kelak. Dulu, aku suka marah sendiri. Apalagi berbicara tentang perlakuan. 

Orang tuaku menuntutku untuk bisa berpikir dewasa di umur dini. Mengambil keputusan saat anak anak lain tengah mencari kesenangan kesana kemari. Jujur, aku merasa tidak terima. Perasaan iri untuk anak seumurku itu hal yang wajar kan? 

Kadang aku berpikir, mengapa harus aku. Mengapa tidak orang lain saja. Namun lagi lagi, orang tua selalu mendidikku dengan cara yang berbeda. Dan pada akhirnya, aku harus kuat. Dan aku harus mandiri. Itulah pikiranku saat itu. 

Dan sejatinya, waktu bergulir. Semakin kesini, semakin mulai paham. Aku menjadi orang yang lebih baik dari dulu. Dan hal itu adalah hal yang baru kusadari saat ini. Menurutku aku sudah terlambat menyadari. Dari sekian tahun, aku tidak tahu apa tujuan orang tuaku mendidikku saat ini. Hanya beberapa kata yang membuat diriku benar benar menangis sejadi jadinya saat itu. 

Dan secara tidak langsung, aku mulai melihat apa yang sebenarnya terjadi dibalik bahu yang tegar itu. Aku tahun sekarang. Namun dengan tidak sepatutnya, aku hanya berdiam diri. Tidak harus berbuat apa. 

Mungkin belum saatnya ya? 
Mungkin sekarang aku tangguh, namun bagaimana di lain waktu? 
Bagaimana saat aku diterpa masalah yang lebih besar dari masalah yang aku alami sepanjang hidup ini? 
Tapi mau tidak mau, kuat tidak kuat harus kuat kan? Bukanya semuanya sudah ada jalannya masing masing?

Dari sini aku belajar banyak hal. Tidak ada orang tua yang tidak ingin anaknya bisa sukses. Baik itu dilihat dari kesuksesan menerima hati maupun kesuksesan asa diri. 

Terima Kasih yang dengan begitu sudi membaca cerita ini. Semoga bermanfaat ya? 




Sini Istirahat Sebentar

Hai? 
Bagaimana? Cape ya di pecundangi semesta? Hari hari yang terlewat selalu datar bahkan kadang terjal. Selalu saja tidak sesuai keinginan kita. Untuk memikirkan berada diposisi pun tidak pernah terlintas, apalagi meminta berada di posisi ini. Posisi dimana semesta membuka seluruhnya. Menampar pelan-pelan bahkan hidup tidak harus sesuai dengan skenario kita.

Tapi mungkin? 
Semesta berbeda pemikiran dengan kita. Pemikiran seorang manusia yang hanya ingin apa yang diinginkan bukan dibutuhkan. Namun sebenarnya, Tuhan tahu kita kuat. Kuat menjalani beban yang berada di pundak kita. Maka dari itu, jalan ceritanya tidak selalu mudah. Selalu saja, ada yang harus dipecahkan. Kadang kita tertawa, bersenang-senang, haru bahkan menangis sejadi-jadinya. 

Dari semua yang kita alami, Tuhan punya maksud baik. Mungkin agar sejarah hidup kita tidak monoton. Bisa berbagi dengan orang lain, jikalau mungkin bisa membantu semangat orang lain. Atau bahkan biar seru jika di ceritakan ke generasi selanjutnya. 

Hey! Gagal dan jatuh itu hal yang wajar. Hal yang biasa. Bukan cuma kamu yang merasakan, semua orang pernah merasakan. Hanya saja cara bangkit dari gagal dan jatuh itulah yang berbeda beda. Kita pasti pernah gagal mendapatkan apa yang kita mau, apa yang kita harapkan. Tapi tanpa sadar, ternyata hal itu tidak begitu penting bagu hidup kita. Mudah ya semesta sebegitu bercanda?

Sekolah, berorganisasi, berteman, bahkan mungkin sudah berkuliah atau berkerja. Semua orang punya sejarah cerita masing masing disana. Ada bagian halaman yang merangkum kesedihan, ada juga yang merangkum kesenangan. Tinggal bagaimana cara kita menertawakannya saja, menertawakan diri sendiri yang begitu mudahnya terhasut oleh dunia.

Kadang dipikir pikir malah jadi sakit hati, apalagi saat mengulang semua sejarah cerita kita. Bagaiman kehidupan kita, bagaiman suka duka kita sampai berada ditahap ini. Kamu itu luar biasa teman. 
Kamu cuma perlu duduk sebentar, istirahatlah. Tidak semua harus di kejar sekarang. Semuanya sudah ada waktunya. Punya porsi masing masing. Adakalanya kita untuk berjuang, untuk berusaha lebih keras lagi dan untuk bercanda. 

Di hidupmu tidak harus serius, tidak harus tegang. Semesta juga perlu bercanda. Memberikan sekadar lelucon. Agar kamu tidak terlalu terpaku pada dunia. Ikuti alurnya. Jangan terlalu ambisius ya, nanti jika semua hilang luruh. kamu juga yang akan sedu. Cobalah berpikir semua hal buruk yang terjadi atas perbuatan kita. nanti jika gagal tidak akan terlalu sakit rasanya. Pada akhirnya akhir dari suatu perjalanan hanya ada dua. Pulang atau menang.

Jika senja sudah nampak, itu tandanya sudah petang. Tandanya kamu untuk sebentar pulang. Kan untuk menang tidak harus berada dalam satu jalan. Ada banyak caranya, jangan khawatir. Tinggal bagaimana kita siap sakit atau tidak? Kalaupun nanti kita gagal, jangan menangis ya, semuanya akan baik baik saja. Jangan takut, aku ada disini. 

Kamu hanya perlu duduk sebentar, ceritakan semuanya disini. Keluarkan apapun disini. Siapa tahu ada yang senasib dengan kita kan? Kita bisa saling pangku. Jangan di pendam sendiri. Hati manusia punya kapasitasnya masing masing. Jangan selalu berada di posisi jadi obat, lukamu saja masih hangat. 

Pulanglah, peluk ibumu. 
Temuilah, Tuhanmu. 
Tapi harus kembali ya? Harus bahagia. Walaupun hanya pura pura tersenyum ke semua orang.

Sini duduk sebentar, jangan terlalu lama berdiri di bawah terik matahari. Kulihat pundakmu rapuh dan sedikit bergetar. Marilah mendekat, sini aku peluk. Kamu tidak bisa menahan air matamu yang terlalu banyak itu. Air matamu jangan begitu saja dibiarkan mengalir. Di masa nanti, banyak hal indah yang masih membutuhkan tangisan kita.

Suatu saat nanti. Percaya kita bisa. buktikan pada semesta kamu itu tangguh.




Sabtu, 29 Februari 2020

Bercakap pada hati

Assalamu'alaikum 

Berbicara soal hati, hanya diri kita yang tahu.
Manusia itu selalu dikelilingi masalah masalah entah sampai kapan berakhirnya. Perdebatan perdebatan antara batin dan pikiran selalu mendominir.
Hati kita terkadang rapuh terhadap masalah 
Sehingga sulit melontarkan sepatah kata. Padahal beribu perasaan menggerogoti diri kita. Namun sulit menyusun kata kata yang ada dalam diri kita. 

Nah, Kitaa pasti pernah denger, hidup itu adalah pilihan.
Tapi kita hanya sekedar mendengar,atau mungkin tau maknanya tapi kurang mendalaminya

Hidup itu pilihan, kalo kamu tidak mau memberantas masalahmu ,kamu akan jatuh sejatuh jatuhnya karena bebanmu semakin memberat. 
Memberantas sebuah masalah pun, tidak hanya bersumber dari apa yang kita rasakan. Rangkaikan masalahmu sampai ke akar akar. Namun yang terpenting benahi hatimu, jiwamu, pikiranmu, dan imanmu. Memang jika saya berkata itu terlihat gampang. Tetapi jika kita selalu enjoy, dan ingin bertekad menyelesaikan. Insya Allah.

Jika kalian ingin benar benar menyelesaikan masalah. Gunakan cara yang baik atau gunakan cara kamu mengangani masalah. Namun jika kita tidak tahu cara diri sendiri, cobalah belajar merangkai. Tak masalah mau gagal atau tidak. Toh kita juga masih dalam fase mencoba. Tak ada yang larang. Yang penting kita ikhlas menyelesaikan. 

Tapi, kalo kita gamau menyelesaikan masalah. Jangan salahin siapa pun. Kamu yang memilih brarti kamu harus bertanggung jawab atas pilihanmu itu layaknya sebuah pernikahan. Dengan kita tidak mau berusaha. Itu membuat kamu malah mentoreh luka yang semakin dalam. Kaya baju, jahitannya aja belum selesai mau menambah robekan lagi.

Allah itu ada. Gausah ragu menyingkapi masalah.


Kita ke kata

Kita ke Kata

Kuperkenalkan kamu di larik halaman pertama.
Tak lupa terselip mimpi untuk cerita kita.
Detik berikutnya,
Ada selarik kata dari kamu untuk berjuang bersama
Binarnya menyihirku agar terperangkap bersamanya
Satu kata saat itu, bahagia.

Pada waktu yang sama,
Kamu pamit dengan janji seribu asa
Rinduku meronta ingin ada temu untuk kita
Telah berlalu lama,
Tak ada kabar yang menyapa

Di kala senja yang tengah merona
Kamu terduduk gembira di bangku tua
Rasaku sudah tak karuan untuk berucap nada
Sekarang aku sudah terganti oleh dia

Senja menjadi saksi bisu atas lara
Di Halaman terakhir cerita,
Kujabarkan tangis, rasa, lara dalam aksara
Terima kasih atas pertunjukan ceritanya

Purwokerto, 3 Agustus 2019
19.29




Siapa

Untuk seseorang di pengujung waktu
Tempat berlabuh segala penantianku
Temui aku,
Di sepertiga malam dalam setiap doamu
Jaga hati sampai datang waktu itu 
Biarkan-Nya yang mengatur untuk bertemu

Jangan jenuh untuk memperbaiki diri
Jangan lelah untuk terus menanti
Tugasku menjaga hati dalam mencari

Hingga nanti kamu menghampiri 
Untuk itu, aku menitipkan hati 
Pada Sang ilahi 
Agar tidak jatuh sebelum kamu hadir disini

Untuk itu,
Jikalau memang kamu pemikat hatiku
Temuilah pemilik sebenarnya hati ini 
Pintalah aku dalam gelap sayu
Sebab sebelum kuberi 
Aku sudah terlarut rasa pada-Nya 
Tanpa ragu, 
Atas kecewa 
Yang berakhir sendu

5 januari 20






Titik Lelah

TITIK LELAH



Seperti berada di gurun pasir, tanpa perbekalan. Mencoba berlari mencari keluar hanyalah sebuah fatamorgana.

Adakalanya kita sebagai manusia merasa bahwa dunia ini benar benar memuakkan. Untuk menerima kekurangan saja, tidak begitu sanggup. Apalagi mungkin ada yang teringin mengakhiri hidupmu. Orang satu dengan yang lain mungkin tidak tahu bagaimana rasanya berada di titik ini. Titik yang memang pada awalnya tercipta untuk proses menuju kedewasaan. Mungkin salah seorang dari kita paham, namun tak coba menggalinya lebih dalam.



Aku tahu mungkin kamu sedang berjuang. Namun makna sebenarnya bukan hanya bisa menyelesaikan suatu masalah yang menimpa, ataupun semua mimpi mimpi kita tercapai. Hidup hanya perlu kesederhanaan dan ketenangan. Sederhana dalam kebahagiaan dan tenang ketika terlilit masalah.



Lelah pasti ada. Kamu bukan satu satunya orang yang berada di posisi ini. Semua orang pernah. Mungkin ada yang memperlihatkan, ada yang memang dasarnya ia terbuka. Jadikan masalah sebagai teman, teman yang tak terpisahkan dalam perjalanan hidup.

Cobalah belajar bahwa sejatinya setiap kebahagiaan selalu bersanding dengan kesedihan. Nikmati secukupnya.



Tidak memang tidak ada teman untuk bersandar, masih ada lantai tempatmu untuk bersujud. Menangis sejadi jadinya.



Bisa jadi hari ini kebahagiaan berada di pangkuan mu. Mungkin nanti bisa jadi kesedihan menghampiri. Begitulah hakikat dunia.



Cobalah berteman dengan titik lelah, sampai kamu berada di titik bangkit.



Kamu pasti bisa, aku yakin.

Sabtu, 08 Februari 2020

Kita pantas

Assalamualaikum gais! Hai semua! Apa kabar ni? Semoga selalu dalam keadaan baik ya,

Oh iya, gimana ni hasil rapot semester 1 di suasana yang baru? Maap banget tanya nya telat ga ketulung.

Sebenere aku mikir-mikir buat update ini ga ya? Tapi rasanya aku harus update ini. Dan ini masih ada sangkut pautnya sama kehidupan nyataku. Simak baik baik ya!

Aku bukan orang hebat, bahwa mungkin hanya setitik nila yang masih berusaha mengapai mimpi. Aku anak sulung. Suatu tanggung jawab besar buat bisa banggain orang tua. Bisa mendidik adik-adiknya menjadi lebih baik dari diriku sendiri. Aku juga ilmunya belum setinggi orang luaran disana. Namun aku percaya, Allah sudah nyiapin sesuatu yang terbaik buat aku.

Di tahun ini aku belajar banyak dari orang orang. Tahu ga kenapa aku tanya rapot kalian? Intinya kalian ga usah khawatir tentang nilai. Menurutku yang paling penting disini adalah prosesnya, masalah besar kecilnya nilai itu udah ada yang ngatur. Semesta ga butuh rangkingmu, nilai matematikamu, atau bahkan angka 1-100 yang kamu dapat di kelas. Kamu hanya di suruh bermimpi gimana caranya jadi orang besok. Usaha saja, ikhtiar. Make it happend bikin temen-temen kalian bungkam.

Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang matematika
Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang bahasa
Kamu mungkin bukan ahli dalam bidang fisika
Kamu juga mungkin bukan ahli dalam bidang kimia.
Semua itu wajar. Kamu punya keahlian sendiri di bidang yang kamu suka. Jangan pikiran orang lain mau ngomong apa. Toh yang ngejalanin kan kamu?

Kamu mungkin hanya pendengar
Kamu mungkin hanya orang biasa
Kamu mungkin hanya orang tidak bisa berbuat apa apa
Atau kamu mungkin... Tidak kenal dengan dirimu
Mungkin saja kan?

Untuk kamu yang merasa kecil
Kamu bukanlah apa-apa
Tapi kamu, adalah apa yang kamu pikirkan.

Buat dunia merasa lebih menyenangkan. Setiap orang pasti pernah ngerasain di bawah atau di atas. Kamu disini hanya cukup berusaha, berjuang dan bersabar. Adakalanya kita mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari ini.

Jangan beranggapan kamu itu orang paling bodoh di kelas yang hanya bisa menghayal dan rebahan setiap hari. Menurutku itu suatu bentuk kejenuhan kita terhadap apa yang kita lakukan sehari-hari.
Tapi harus yang wajar. Ga ada yang ngelarang kan buat kamu menghayal atau pun rebahan? Yang penting kamu tahu batasnya.

Kalau cuma rebahan terus kalian berharap banyak pada apa yang ada di dunia itu namanya sia sia. Impian itu bukan semata-mata hanya unsur apa tapi dilengkapi juga dengan mengapa.

Pelan-pelan kita coba berubah. Gausah besok berubah trus lusa kembali kaya dulu, ayolah dunia ga sebercanda itu kawan.

Pengin ga sih kalian beliin orang tua rumah, trus di mall bilang sama ibu "Ibu pilih sesukanya ya, nanti biar anakmu ini yang bayar,"

Kita emang gatau kedepan nya mau gimana. Bahkan setelah lulus dari sekolah mau lanjut mana atau mau kemana. Tapi kita bisa pelan pelan nyusun kerangkanya, buat persiapannya.

Bayangin aja kalo kita berjuang keras buat ini itu terus bisa menampilkan hasil yang memuaskan ? Senengnya ga ketulung pasti kan? Walaupun nanti di dunia real ga semudah apa yang aku tuangin disini, yang penting kalian ga patah semangat.

Yang lagi ngekos, yang lagi merantau dan lainnya. Kalian itu hebat! Ga harus pinter baru bisa di panggil hebat kan? Udah ngucapin hari ibu sama ibu kita masing masing itu juga udah hebat. Bahkan aku sendiri ga sanggup buat ngapain beberapa kata itu. Rasanya dosaku masih banyak sama ibu. Belum bisa banggain, masih minta ini itu. Baru sekata aja aku udah luruh.

Yang patah kembali tumbuh, yang hilang kembali ada.

Aku jamin kita semua bisa sukses. Asalkan ada niat dan usahanya. Kalo mau, kalian bisa coba hal-hal yang baru. Berteman dengan banyak orang.

Udah dulu apa ya ? Hehe
Pokoknya, suatu saat nanti ketika kita udah sukses, kita bisa bertemu dan bercerita banyak hal. Akan ada saatnya dan waktunya. Semua sudah tersusun, tinggal bagaimana kita bisa menggapai mimpi kita. Semangatt!!

Jumat, 07 Februari 2020

Kisah yang Patah

Untuk Kisah yang Patah.

Saat itu aku hanyalah seorang yang berjiwa kosong. Tak berniat untuk merubah ataupun pergi dari zona itu. Tak pernah terpikirkan, bahwasanya aku dulu pernah terjebak dalam lorong gelap. Hanya sendiri. Tak memiliki teman dan selalu diasingkan. Gambaran itu kembali terngiang saat jemari-jemariku menekan per huruf pada layar untuk membentuk suatu karya sederhana. 

Dulu, aku hanyalah seorang introvert. Menjadi korban bullying. Menjadi bahan tertawaan saat aku mencoba benar-benar mengubah segala hal pada diriku. Riuhku benar-benar pudar. Sekali waktu pernah terbesit, untuk apa aku hidup? Kehidupanku hanya dipenuhi abu-abu. Sulit rasanya berekspresi pada ribuan wajah yang menghampiri. 

Apa arti teman sebenarnya? 
Selalu saja setiap malam membayangkan bagaimana rasanya memiliki teman. Bagaimana rasanya berbagi rasa luka? Bagaimana ya? Selalu saja alurnya bertemu, berjanji, dan tak kembali. Puncaknya saat aku menginjak sekolah dasar. Menjadi orang yang tak berdaya saat dimanfaatkan. Setiap kali berada di ruangan itu, aku hanyalah orang baru yang apa-apa harus sendiri. 

Kala itu, waktu mengajarkanku bahwa tidak ada pertemanan yang benar benar murni. 

Hingga pada akhir tahun, semua tidak lagi sama. Semesta mengizinkanku untuk bertemu. dengan duniaku. Mencampurkan berbagai warna agar terlihat indah dan tak akan pudar. Menutup cerita yang dipenuhi berbagai sandiwara dan menggantikan dengan kisah kisah yang selalu bermakna. 

Aku tahu, hal ini pasti akan terjadi. Namun tak pernah terbayangkan bahwa aku akan secepat ini merasakannya.
Aku memang hanyalah manusia pendosa, namun bukankah semua bisa kembali merapikan segala hal agar lebih baik?

Kali ini, 
Aku pendosa, bukan siapa-siapa 
Tidak mengharap mereka yang ada
Cukup berjumpa kala pijak berbeda 

Untuk jiwa dalam ragaku,
Akan ada ego yang sulit dihindari
Amarah menyeruak setingkat lagi 
Dengarkan aku
Ringkaslah se-sederhana 
Diamkan seperlunya 
Bereskan sesingkatnya 

Sepotong puisi, untuk diriku yang saat ini.